Bogor Sabtu, 23 Maret 2024. Mahasiswa Prodi PGMI Institut Ummul Quro Al-islami Bogor mengadakan seminar nasional yang berkolaborasi dengan FORKOM (Forum Komunikasi) mengusung tema “Mengupas Secara Ilmiah Problematika Perbedaan Penetapan Awal Ramadhan Dan Idul Fitri Di Indonesia” dengan pemateri yang luar biasa Bayu Septiadi dan Abdurrahman, S.Si. Acara ini menjadi cakrawala pengetahuan yang indah bagi mahasiswa, dan menyingkap pengetahuan baru yang selama ini tersembunyi.

Dengan pemateri yang profesional, kita mengarungi diskusi yang luar biasa. Bayu Septiadi, memaparkan “Penanggalan dalam Islam tidak hanya sekedar tentang menghitung hari, tetapi juga tentang menyatukan umat dalam waktu dan keimanan. Dalam hati setiap Muslim, penanggalan berfungsi sebagai pengingat akan siklus hidup, ibadah, dan momen-momen penting yang didefinisikan oleh kepercayaan mereka. Salah satu aspek yang paling menarik dan terkadang menimbulkan perdebatan adalah penetapan awal Ramadhan dan Idul Fitri.” Ujarnya

“Perbedaan pendapat dalam menentukan awal bulan suci Ramadhan dan hari raya Idul Fitri menggambarkan keragaman interpretasi teks-teks suci dan metodologi astronomi dalam Islam. Beberapa komunitas mengandalkan rukyat (pengamatan visual bulan sabit), sementara yang lain mengikuti hisab (perhitungan astronomis) untuk menentukan tanggal-tanggal ini. Kedua metode tersebut memiliki akar sejarah dan teologis yang dalam, mencerminkan upaya para ulama untuk menggabungkan pengetahuan ilmiah dengan pedoman agama.” Sambungnya

Selain Itu pemateri selanjutnya Abdurrahman, S.Si, pemateri Lebih jauh lagi, refleksi tentang penanggalan Islam mendorong kita untuk memikirkan bagaimana tradisi dan modernitas dapat berdampingan dalam peradaban Islam kontemporer. Ini bukan hanya tentang memilih antara dua sistem, melainkan tentang mencari harmonisasi yang dapat menghormati tradisi sambil merangkul kemajuan ilmiah. Melalui dialog dan pemahaman bersama, umat Islam dapat memperkuat ikatan keimanan mereka sambil memastikan bahwa peradaban tanpa penanggalan bukanlah pilihan kita.

Selaras dengan ucapan pemateri, Kaprodi PGMI FTIK IUQI, Willa Putri, S.Pd.I., M.Pd., memberikan gagasannya: “Acara seminar dan bedah buku ini penting diikuti karena ini sangat relevan dengan kondisi yang setiap tahun kita alami, khususnya ketika mau Ramadhan dan Idul Fitri. Terjadi perbedaan untuk penetapan tanggal 1 Ramadhan dan 1 Syawal. Tentu, hal ini perlu dipelajari lebih dalam agar kita tahu ilmunya. Bagi mahasiswa PGMI, khususnya, tidak melulu ilmu itu harus tentang pendidikan, tapi semua ilmu harus dikuasai. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak ikut seminar dan bedah buku yang mendatangkan pemateri luar biasa ini. Semoga kita mendapatkan pemahaman dan bermanfaat, tentunya.” Ujarnya

Ketua HIMPRO PGMI, Asep Muhammad Jirzisidik juga mengucapkan terima kasih kepada pemateri dan panulis yang luar biasa serta para audience yang datang dari berbagai sekolah, kampus, maupun organisasi internal mahasiswa IUQI yang lainnya

Ketua Panitia Raihan Wizaksana pada acara tersebut pun mengungkapkan:

“Seminar bedah buku ini bukan hanya soal mencari jawaban atas perbedaan, melainkan juga tentang memahami bahwa dalam setiap hitungan hari terdapat kesempatan untuk memperbarui niat, memperkaya keimanan, dan meneguhkan nilai-nilai kebersamaan. Kesempatan berharga ini mengundang kita semua untuk bersama-sama mempertajam pemahaman kita tentang penanggalan dalam Islam, menghargai keragaman interpretasi, dan merayakan persatuan dalam keberagaman. Melalui eksplorasi ini, kita diingatkan lagi tentang keindahan dan kedalaman Islam yang terus menerangi jalannya peradaban.” Pungkasnya

Penulis : Raihan Wizaksana Wahyudi